KELOMPOK 13
“KINKY BOOTS”
Charlie Price seorang anak yang tumbuh dalam bisnis
sepatu keluarga, tapi dia tidak pernah berpikir bahwa ia akan mengambil tempat
ayahnya. Namun, kematian mendadak ayahnya menempatkan dia di posisi itu, hanya
untuk mengetahui bahwa “Price & Sons”
merupakan sepatu gagal. Ketika ia berupaya untuk menyelamatkan bisnis yang
gagal. Ia melakukan penipisan pekerja, dengan memberhentikan beberapa orang
karyawannya. Seorang karyawannya, Laurent, ketika hendak di pecat, ia mengeluh
tentang alas kaki yang tidak memadai. Ia mengusulan untuk mengubah produk
dengan model yang lebih trendi. Charlie bertemu dengan seorang penyanyi, Lola.
Dan ia mendapatkan ide untuk membuat sepatu boots yang trendi. Lola yakin untuk
menjadi desainer sepatu mereka dan transisi dimulai.
Banyak
hambatan yang terjadi dalam perubahan perusahaan tersebut. Nichole, yang
merupakan tunangan Charlie, menyuruhnya untuk menjual perusahaan tersebut.
Namun, Charlie tetap mempertahankan perusahaan tersebut. Dengan bantuan
Laurent, Lola, dan seluruh karyawannya, perusahaan tersebut kembali bangkit.
Dan mereka mendapatkan tawarah launching sepatu
mereka di Milan, Italia. Mereka semua berusaha keras agar sepatu tersebut layak
untuk diikutsertakan dalam acara fashion
show tersebut.
ANALISIS MENURUT
TEORI
John B. Watson
(Behavioristik)
Dalam film ‘Kinky Boots’, proses
pengkondisian emosi terjadi. Ketika masih kecil, Charlie Price dan Ayahnya,
Harold Price berjalan-jalan di taman dan duduk di kursi taman. Saat itu ayahnya
menceritakan tentang sepatu dan perusahaannya. Charlie yang sambil
memperhatikan sepatunya, dan
mengetuk-ngetuk sepatunya merasa bahagia, karena ia menganggap sepatu buatan
ayahnya merupakan segalanya. Ketika ayahnya meninggal, dan dia (Charlie) harus
mempertahankan perusahaan ayahnya yang terancam tutup, dia jalan-jalan ke
sebuah taman dan duduk di kursi taman tersebut. Ia merenung dan memperhatikan
sepatunya, dan ia mengetuk-ngetuk sepatunya. Seketika ia kembali bersemangat untuk mempertahankan perusahaan
ayahnya.
Berdasarkan
scene diatas bila ditinjau berdasarkan Watson
yang mengembangkan
teori emosi. Menurut Watson, ada 3 emosi yang lahir secara nalurian yaitu
cinta, marah dan takut. Ia sepakat dengan Freud yang mengatakan bahwa emosi
seseorang yang telah dewasa itu dimulai sejak ia masih bayi, dan emosi dapat di
transfer dari satu objek ke objek yang lainnya. Adanya reaksi emosional yang
dikondisikan dengan reaksi pariental dan dipasangkan dengan stimulus yang baru,
akan memfasilitasi kondisi pendekatan atau menghindaran. Misalnya, ketika
orangtua takut terhadap laba-laba, anak akan ikut takut juga dengan laba-laba. Dari sini
dikatehui bahwa kecintaan ayah Charlie terhadap sepatu telah mendorong Charlie
untuk mempertahankan toko sepatunya. Charlie merasakan ikatan emosi yang hampir
sama dengan perasaan ayahnya ketika mengenang kembali memori tersebut.
TEORI GESTALT
Gestalt berpendapat bahwa tugas umum psikologi
adalah memahami bagaimana individu mempersepsikan
lingkungan geografisnya. Mereka mengidentifikasikan persepsi sebagai proses
pengorganisasian stimulus yang diamati. Dalam cerita Kinky Boots, Lola yang
beradu Panco dengan Don, lalu lola mengalah karena ia melihat ke lingkungannya (Don) yang populer dan sudah menang beberapa kali
dalam setiap pertandingan. Ia mengalah, karena menurutnya kemenangan akan
pertandingan tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi beberapa orang. Dan
keinginan Lola sebenarnya adalah mengambil respect dari Don.
TEORI THORNDIKE
Terkadang tidak cukup hanya sebuah scene yang dapat
menjelaskan suatu proses pembelajaran ada banyak scene yang dapat
menjelaskannya. Dalam film ini kami merangkuma jalan cerita dari “kinky boots ”
dan memandangnya berdasarkan hukum belajar Thorndike. Thorndike
mengidentifikasi 3 hukum belajar, yakni:
1.
Law of readiness : adanya kematangan
fisiologis untuk proses belajar tertentu
2.
Law of Exercise : adanya latihan
yang berulang-ulang
3.
Law of effects : adanya konsekuensi
yang positif
Charlie yang
sudah dewasa secara fisik serta memiliki tunangan menandakan bahwa ia memiliki
kematangan secara fisiologis untuk proses belajar sebagai seorang pemimpin
perusahaan. Ketika perusahaan tersebut hampir bangkrut karena kurangnya menarik
minat pasa mengenai sepatu yang mereka keluarkan. Membawa jalan dia untuk
membuat inovasi baru yang selama ini dia tidak pernah tekuni yaitu membuat
sepatu untuk waria. Dalam hal ini dia belajar berulang-ulang agar mendapatkan
hasil yang memuaskan. Dia menerima kritikan dari lola yaitu waria yang menjadi
inspiratornya.
Hasil rancangan
mereka akan di pamerkan pada perlombaah di Milan. Walaupun gagal memamerkan
hasil rancangannya karena Charlie terjatuh dan akhirnya lola datang membantu.
Dapat dikatakan dalam pameran tersebut pada akhirnya menmbuahkan hasi. Walaupun
tidak diperlihatkan bagian Charlie yang sukses tetapi pada film ini ditunjukkan
bahwa rancangannya diterima dan diminati oleh orang-orang. Hal ini menandakan
bahwa hasil belajarnya mendapatkan konsekuensi positif mengenai debut sepatu
buatannya.
No comments:
Post a Comment