BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Wednesday, September 26, 2012

Tugas Tabel 1.2 dan Gambar 1.1


Fungsi Umum Teori Belajar
NO
Fungsi
Contoh
1
Sebagai Kerangka Riset
Ketika memulai membawa sepeda motor, aku diberikan jadwal harus ada di rumah sebelum magrib, kalau tidak sepeda motor akan di tahan selama 1 minggu. Awalnya itu hanya dianggap sebagai gretakkan. Namun setelah 3 kali berturut-turut melewati jadwal pulang, sepeda motor pun di tahan.
2
Memberikan Kerangka Organisasi untuk item-item informasi
Seorang teman marah secara tiba-tiba kepadaku. Awalnya aku tidak tau penyebab ia marah. Namun, setelah aku ingat-ingat (mengumpulkan informasi), dia marah karena aku dekat dengan gebetannya.
3
Mengidentifikasi sifat dari peristiwa yang kompleks
Waktu TK, aku pernah memperhatikan bulan. Kemana aku jalan, bulan pun mengikuti. Tapi, waktu lihat orang lain jalan aku tidak, bulan berhenti. Aku berfikir, kalau bulan hanya mengikuti aku, tidak orang lain.
4
Mereorganisasi pengalaman sebelumnya
Ketika SMP, aku jarang menggunakan 3 kata sakti “Terima Kasih, Maaf, dan Tolong”. Sepupu ku yang baik hati menolongku mengerjakan tugas. Namun, ketika tugas selesai, aku tidak mengucapkan ‘Terima Kasih’. Dia marah, dan tidak mau menolong ku lagi. Sejak saat itu, akuselalu mengucapkan ‘terima kasih’ kepada siapa saja yang telah menolongku.
5
Bertindak sebagai Penjelasan Kerja dari Peristiwa
Waktu masi SD pernah pegang-pegang kepala anak bayi. Terus tanya ke mama, “Ma, kok kepala anak bayi lembek banget?”. Ternyata kepala anak bayi itu lembek, dan seiring perkembangannya tulang tengkorak kepala akan tumbuh dengan sempurna.

Uraian contoh kasus:

1. Pada pengalaman pertama, terdapat proses koneksionisme Thorndike. Karena pada pengalaman ini, saya mendapatkan punishment langsung dari orang tua karena melanggar peraturan, yaitu dengan menahan sepedamotor selama seminggu.

2. Pada pengalaman kedua, proses belajar terjadi pada perspektif kognitif, yaitu teori pemrosesan informasi. Ketika dia marah, saya berusaha mengingat permasalahan apa yang saya buat kepadanya. Hal itu merupakan pemrosesan informasi.

3. Pengalaman ketiga, merupakan proses belajar dengan teori perkembangan interaksionis, yaitu kognitif Piaget. Karena, seiring berjalannya waktu, maka kognitif pun berkembang. Sayq mengetahui bahwa bulan itu tidak bergerak, dia seolah bergerak mengikuti saya karena dia diam dan saya yang bergerak.

4. Pengalaman keempat merupakan perspektif interaksionis. Terdapat proses pembelajaran bahwa penting mengucapkan ‘Terimakasih, Maaf, dan Tolong’. Social Learning itu penting untuk melangsungkan proses belajar.

5. Pengalaman kelima, menggunakan proses pembelajaran proses kognitif. Karena penjelasan yang di butuhkan memerlukan pemikiran kognitif dalam suatu kejadian.

Sunday, September 16, 2012

Hasil Diskusi Kelompok Terhadap Pengalaman Dibahas dengan Teori Ivan Pavlov


KELOMPOK 14


Berdasarkan hasil diskusi kami, proses kehidupan merupakan suatu pembelajaran. Seperti teori yang dikemukakan oleh Pavlov dan berdasarkan pengalaman yang kami alami, ternyata jika diperhatikan dengan seksama, banyak dari kita yang melakukan proses pembelajaran dalam menghadapi masalah. Yang pada kondisi awalnya menganggap perlakuan itu hanyalah sebuah kondisi biasa. Namun, setelah adanya kondisi baru yang datang, perlakuan itupun dapat berubah. Seperti dari salah satu pengalaman-pengalaman saya dan teman-teman alami. Misalnya, dari pengalaman Runa. yang awalnya terbiasa dengan menaruh HP di kantung celana/rok, sekarang takut untuk meletakkan lagi HP di kantung. Hal ini terjadi karena adanya perlakuan dari luar yang dianggap kurang menyenangkan. Dan dari pengalaman Rahmi, yang awalnya tidak terbiasa menghidupkan lampu di siang hari, sekarang terbiasa akibat adanya teguran dan denda dari polisi yang merupakan uncondition stimulus. Hal ini juga bisa dilihat dari pengalaman Jelita yang akan terbangun, ketika mendengarkan alaramnya yang “khusus” tersebut. Namun, tidak dengan alaram yang lainnya.
Dari  pengalam-pengalaman kami, merupakan beberapa contoh. Bahwasanya, kehidupan juga merupakan proses belajar. Dan proses belajar itu perlu. Agar kesalahan ataupun segala sesuatu yang kurang menyenangkan tidak terulang kembali. Untuk dapat menjalani hidup yang lebih baik lagi. J


Tugas Individu




Pernah suatu hari pulang sekolah. Saya pulang sekolah naik angkutan umum. Kebiasaan meletakkan HP di rok sekolah. Suatu hari saat akan menuju rumah kakek pulang sekolah dengan angkot, ada beberapa orang pria naik ke angkot secara bergantian (Tidak dari satu tempat). Awalnya tidak menyangka kalau mereka adalah teman. Salah satu duduk tepat di sampingku, dan yang lain mengelilingiku (membuatku seolah terkepung, 2 orang di kanan, 1 orang dikiri, 2 orang di depan). Tidak jauh dari tempat mereka naik,seseorang hendak turun, namun mengalami keram kaki, dan memegang lututku. Karena panik, saya tidak memperhatikan orang yang ada di samping saya yang berusaha mengambil HP dari kantung rok saya.
Sejak saat itu, saya tidak mau meletakkan HP di katung celana/rok saat akan naik angkot. Tapi memegangnya atau memasukkannya kedalam tas. Dan, ketika ada orang yang mulai mencurigakan, saya akan lebih waspada lagi. Dan memilih posisi duduk dekat dengan pintu (di depan atau disamping pintu).
Berdasarkan teori Ivan Pavlov yang menerapkan teori Classical Conditioning. Pegalaman saya juga dapat dikaitkan dalam teori tersebut. Yang awalnya terbiasa menaruh HP di kantung, dan tidak terjadi apa-apa. Namun, ketika sekali naik angkot, dan mengalami kecurian, mengakibatkan saya takut untuk menaruh HP di kantung lagi.

UCS            : HP di kantung
UCR            : Angkot Aman
CS               : Kehilangan
CR               : ?
UCS + CS   : HP di kantung + Hilang
CR               : Trauma (HP di pegang)


PEMBAHASAN KELOMPOK TENTANG PSIKOLOGI BELAJAR IVAN PAVLOV

KELOMPOK 14 :

09-1301-029  Chairuna Syahputri Nasution
09-1301-053  Sri Rahmi Wahyuningsi Harahap
09-1301-095  Jelita Kurnia Ningsih Harahap





Pada awal 1900-an, psikolog Rusia Ivan Pavlov tertarik pada cara tubuh mencerna makanan. Dalam eksperimennya, dia secara rutin meletakkan bubur daging di depan mulut anjing, yang menyebabkan anjing mengeluarkan air liur. Anjing itu berliur saat meresponse sejumlah stimuli yang diasosiasikan dengan makanan, seperti ketika ia melihat piring makanan, orang yang membawa makanan, dan suara pintu tertutup saat makanan tiba. Pavlov menyadari bahwa asosiasi terhadap penglihatan dan suara dengan makanan ini merupakan tipe pembelajaran yang penting, yang kemudian dikenal sebagai pengkondisian klasik (Classical conditioning).
Classical conditioning adalah tipe pembelajaran di mana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondisian klasik, stimulus netral (seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respons yang sama. Untuk memahami teori pengkondisian klasik Pavlov (1927), kita harus memahami dua tipe stimuli dan dua tipe respons: unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR), conditioned stimulus (CS), dan conditioned response (CR).
Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing). Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kini sebelum makanan diberikan, maka akan dibunyikan bel terlebih dahulu, baru makanan muncul. Air liurpun akan keluar dengan sendirinya. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya membunyikan bel saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.



Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons. Pavlov berpendapat bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia.