BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Thursday, October 25, 2012

Tugas Ujian Tengan Semester


KELOMPOK 13:



PEMBELAJARAN
Hal yang mendasar dari teori kognitif sosial Bandura adalah manusia cukup fleksibel mempelajari beragam kecakapan bersikap maupun berperilaku, dan pembelajaran terbaik dari semua ini adalah pengalaman-pengalaman tak terduga (vicarious experiences).

Pembelajaran dengan Mengamati (Observational Learning)
Bandura yakin bahwa tindakan mengamati merupakan belajar tanpa berbuat apa pun. Teori kognitif sosial adalah manusia belajar dengan mengamati perilaku orang lain.
Pembelajaran manusia yang utama adalah dengan mengamati model-model, dan pengamatan inilah yang terus-menerus diperkuat. Bandura (1986, 2003) yakin bahwa pembelajaran dengan mengamati jauh lebih efisien daripada pembelajaran dengan mengalami langsung.

Pemodelan
Inti pembelajaran dengan mengamati adalah pemodelan (modelling). Yaitu, pemodelan melibatkan proses-proses kognitif, jadi tidak hanya meniru, lebih dari sekedar menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain karena sudah melibatkan perepresentasian informasi secara simbolis dan menyimpannya untuk digunakan di masa depan.
Empat proses yang mengatur pembelajaran dengan mengamati:
1.        Perhatian
2.        Representasi
3.        Produksi Perilaku
4.        Motivasi

Pembelajaran dengan Bertindak (Enactive Learning)
Bandura yakin bahwa perilaku yang kompleks dapat dipelajari ketika manusia memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut. Konsekuensi-konsekuensi sebuah respons memiliki tiga fungsi. Pertama, konsekuensi-konsekuensi respons menginformasikan efek-efek tindakan. Kedua, konsekuensi-konsekuensi respons memotivasi perilaku antisipatif. Ketiga, konsekuensi respons-respons memperkuat perilaku. Bandura (1986) yakin bahwa meskipun penguatan sering kali tidak disadari dan bekerja otomatis namun, kognitif juga mempengaruhi pola-pola perilaku. Dia yakin bahwa pembelajaran jauh lebih efisien ketika pembelajar secara kognitif terlibat di dalam situasi pembelajaran dan memahami perilaku mana yang dapat menghasilkan respons-respons yang tepat.

 Diperoleh melalui model social. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain,sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengandirinya ternyata gagal. Kalau figure yang diamati berbeda dengan diri sipengamat, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika mengamati kegagalan figure yang setara dengan dirinya,bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itudalam jangka waktu yang lama. Penguatan Vikarius (vicarious reinforcement)adalah ketika mengamati orang lain yang mendapatpenguatan, membuat orang ikut puas dan berusaha belajar gigih agar menjadi seperti orangitu

Alat yang digunakan :
      1.      Laptop
      2.      Proyektor
      3.      Kertas origami
      4.      Speaker
      5.      Doubel tape
      6.      Gunting
      7.      Kertas HVS

Proses Pembelajaran
Dilakukanlah beberapa proses pembelajaran berdasarkan alat yang tersedia diatas:
      1.      Menunjukkan video yang berisikan teknik pembuatan seni origami.
      2.      Membagikan kertas origami ke peserta
      3.      Peragaan pembuatan seni origami dari konseptor
      4.      Peserta memodeling pembuatan seni origami
      5.      Konseptor menilai hasil kreativitas terbaik dan memberikan reward kepada pemenang
      6.      Mengulang proses no 1,2,3, 4, dan 5 dengan teknik pembuatan origami yang berbeda
      7.      Salah satu peserta diminta komentar dari hasil pembelajaran
      8.      Kemudian konseptor menjelaskan pembelajaran bandura

Pembahasan
Berdasarkan proses pembelajaran diatas ini bila dihubungkan dengan proses pembelajaran Bandura yaitu:
-          Tahapan pertama dan kedua merupakan tahap perhatian yang mana individu mengamati figur-figur yang menjadi subjek perilaku.
-          Tahapan ketiga merupakan representasi: agar pengamatan dapat membawa kita kepada pola-pola respons yang baru, pola-pola tersebut harus direpresentasikan secara simbolis di dalam memori
-          Tahapan keempat adalah produksi perilakusetelah memberi perhatian kepada sebuah model dan mempertahankan apa yang sudah diamati, kita akan menghasilkan perilaku. Untuk mengubah representasi kognitif menjadi tindakan yang tepat, kita harus menanyakan pada diri sendiri beberapa pertanyaan tentang perilaku yang dijadikan model.
-          Pada tahapan selanjutnya adalah sebagai penumbuhan motivasi karena pembelajaran berikutnya lebih efektif bila termotivasi.
-          Pemberian reward pada yang berhasil merupakan penguatan vicarious. Jadi peserta yang sukses perilakunya menjadi sumber motivasi teman-teman untuk memodellingnya menjadi perilaku sukses juga.

Wednesday, October 24, 2012

Tugas Individu Kognitif 1



Ringkasan:
Teknologi informasi, komputer merupakan media penyampaian pembelajaran yang efektif. Peneliti memberikan instruksi pada designer animasi
(animator) menggunakan beberapa cara (“diagram dan teks visual”, “diagram dan teks audio”, diagram dan audio visual text”, dan “diagram” saja). Dalam proses pemberian instruksi, terdapat suatu proses, yaitu proses penerimaan informasi. Pemrosesan infomasi ini yang menjadi pokok penelitian peneliti, memori yang digunakan dari hasil pembelajaran.

Review Jurnal Kognitif
Pemrosesan informasi membahas langkah-langkah dasar yang diambil individu untuk memperoleh, menyajikan, dan mengingat informasi. Pertama, pemrosesan informasi bukan konseptualisasi dari teoritis seseorang. Karena ada banyak macam deskripsi tentang cara memori menyimpan informasi. Kedua, karena dasar dari teori ini adalah pemrosesan informasi dan bukan belajar, teori ini tidak dapat menspesifikasikan hasil belajar. Komponen esensial dari belajar adalah pengorganisasian informasi yang akan dipelajari, pengetahuan sebelumnya yang sudah dikuasai, dan proses pemahaman, pengertian, serta menyimpan dan mengambil informasi kembali.

Dalam jurnal menceritakan bahwasanya dalam penerimaan informasi memiliki bermacam-macam cara. Audio, Visual, Kinestetik. Audio, seseorang dapat menerima informasi yang berasal dari suara. Visual, seseorang menggunalan mata mereka untuk menerima suatu informasi. Kinestetik, seseorang memperoleh informasi ketika ia menyentuh benda yang memiliki informasi tersebut. Tiap orang berbeda dalam proses penerimaan informasi ini.

Jaringan koneksionis. Dalam model sekarang, pengetahuan disimpan dalam jaringan koneksi(link) yang juga memodulasi transfer aktivitas dari unit ke unit selanjutnya (Schreider&Graham, 1992). Pengembangan model koneksionis, menekankan banyak aktivitas seperti menginterpretasikan bahasa, membutuhkan proses informasi dari beberapa sumber sekaligus.

          Dalam penelitian pada jurnal, peneliti melakukan penelitian menggunakan teori jaringan koneksionis. Hal ini dapat diketahui ketika peneliti memberikan instruksi untuk membuat design dengan cara “diagram dan teks visual”, “diagram dan teks audio”, diagram dan audio visual text”, dan “diagram” saja. Peneliti menggunakan eksperimen ini untuk menentukan/mendapatkan hasil penelitian bahwasanya proses pembelajaran yang cepat dengan menggunakan tekhnik apa. Dari hasil penelitian, ternyata individu yang mendapatkan instruksi secara “diagram dan audio visual text” lebih cepat memproses informasi tersebut.

            Representasi pengetahuan dalam memori jangka panjang memiliki beberapa tahap. 1.) Model kode ganda. Mendeskripsikan dua sistem, yang secara fungsional independen namun saling terkait untuk menyimpan dan memproses informasi. 2.) Pengetahuan deklaratif. Dapat didiskusikan dan bersifat deskripsi. Dan memberikan kontribusi memori semantik dan episodik. 3.) Pengetahuan prosedural, merupakan pengetahuan tentang cara melakukan tugas atau aktivitas tertentu.

          Dalam proses pengkodean dalam penelitian ini menggunakan pengkodean ganda, yaitu memiliki sistem pengolahan informasi yang berbeda. Audio secara verbal dan yang lainnya secara visual (Solso, 1998). Ketika dalam proses penyimpanan, dalam hal ini informasi yang diterima dalam bentuk kata-kata akan diterima dalam bentuk verbal, sedangkan dalam bentuk gambar (diagram) akan disimpan dalam bentuk visual. Integrated dual-code menunjukkan bahwa informasi visual dan informasi verbal dapat diterima dalam memori sama dengan hubungan antar informasi verbal dan informasi visual. 

Wednesday, October 10, 2012

Proses Pembelajarn dengan Teori Skinner


Proses pembelajaran psikologi belajar hari ini, kami diberikan penguatan sekunder, yaitu penguatan melalui asosiasi dengan kejadian yang telah berfungsi sebagai penguat. Diberikan 3 stimulus, sertifikat, kertas HVS, dan Karton kecil. Merupakan stimulus yang diberikan untuk menciptakan suatu kreativitas. Dengan kondisi yang dibuat seolah ujian.
Saya menuliskan nama pada sertifikat tersebut. Dan, membuat informasi yang saya ketahui dari tema yang tertera pada sertifikat tersebut pada kertas HVS. Karton kecil saya gunakan sebagai alas untuk menulis dan sebagai penggaris.
Ketika mendapatkan satu ide untuk membuat sesuatu, merupakan reinforcement positif sehingga adanya keinginan untuk membuat sesuatu lagi untuk 3 stimulus lainnya. Namun, karena waktu yang cukup terbatas, kreativitas saya tidak begitu keluar, maka hasilnya pun tidak maksimal.
Saat akhir pembelajaran, teman-teman yang memiliki nilai tinggi mendapatkan hadiah. Hadiah ini lah yang biasanya dalam teori Skinner sebagai reinforcemen positive, yaitu penguat agar hal yang diinginkan dapat terus berlanjut.





Tugas Individu (Teori Skinner + Pengalaman)


PENGALAMAN:

Saat SMA, aku menyukai pelajaran komputer. Yah, sebenarnya karena dari kecil sudah dihadapkan dengan komputer, sering menyepelekan segala sesuatunyayang berhubungan dengan komputer. Kalau ada tugas yang berhubungan dengan komputer, sering dikerjakan 3 jam sebelum masuk pelajaran itu (saat istirahat) atau saat sudah di ruangan komputer saat akan penilaian (Karena nama dari ‘C’, dan yang nama dari ‘A’ banyak). Selama ini sih perkembangan nilainya baik-baik saja, rata-rata diatas 9.

Suatu waktu, ada tugas mendesign dengan powerpoint. Saat akan penilaian, baru mulai mengerjakan tugas itu. Namun, karena kurang paham menggunakan powerpoint, mengakibatkan pembuatan menjadi lambat. Sehingga tugasnya hanya sedikit yang terselesaikan. Perasaan tidak enak akan tugas yang belum selesai, di tambah dengan komentar guru yang membuat semakin tidak nyaman,”lho? Kamu belum siap? Hahahhaa. Saya kira kamu pasti siap. Ternyata kamu tidak sehebat yang saya kira”.

Sejak saat itu, saya tidak mau lagi mengerjakan tugas secara mendadak. Dan takut untuk menyepelekan tugas.


ANALISIS dengan TEORI BELAJAR SKINNER:

          Kebiasaan buruk yang menyelesaikan tugas secara mendadak, yang awalnya terus-terusan mendapatkan reinforcemen positive (nilai yang baik), suatu hari kegagalan dalam penyelesaian tugas dan komentar guru yang membuat menjadi tidak nyaman, merupakan reinforcemen negative. Sehingga merubah kebiasaan mengerjakan tugas dengan cara dadakan.

          Hal ini sama dengan teori yang dikemukakan oleh Skinner, yang menyatakan bahwa perilaku dapat dimunculkan dengan pemberian reinforcemen positive, dan dapat dikurangi dengan cara reinforcemen negative, dan dapat juga dihilangkan denga cara punishment terhadap hal yang tidak disukai.

Monday, October 8, 2012

Kritik dan Proses Belajar Pertemuan Kedua


KELOMPOK 13:



         Perkuliahan di mulai pukul 10.45. Kami menonton film ‘Kinky Boots’, yang menceritakan tentang proses belajar seorang pengusaha sepatu. Saat akan mulai dan selama pertunjukkan, kami mengalami beberapa gangguan, yaitu:

    1.     Sound System yang tidak tersedia di dalam ruangan. Sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mempersiapkannya.

     2.     Ketika pertunjukkan mulai, suara dari film tersebut tidak begitu jelas (mungkin karena kami duduk dekat speaker, atau karena mereka yang terlalu cepat berbicara, atau speaker yang kurang baik)

    3.     Di pertengahan pertunjukkan, laptop mengalami gangguan, sehingga film pun terhenti di tengah cerita. Dan ketika hendak mengganti laptop, laptop cadangan yang tidak tersambung pada proyektor.

          Dari beberapa insiden di atas, kami juga mendapatkan pembelajaran. Bahwasanya:
    1.     Seperti dalam teori umum proses belajar (BAB I), kita seharusnya belajar dari pengalman (teori kognitif). Dalam ruangan belajar yang kami masuki, tidak semuanya memiliki sound system yang baik. Sebaiknya, sebelum pertunjukkan dimulai mengecek semua perlengkapan yang dibutuhkan.

   2.     Berdasarkan teori Gestalt, yang mengajarkan bahwa kita seharusnya peka terhadap lingkungan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, maka sebaiknya kita mempersiapkan sesuatu yang belum tentu terjadi. Ketika laptop pertama padam, dan tersedianya laptop cadangan membuat proses pembelajaran sedikit tertolong, namun kondisi proyektor yang tidak dapat tersambung dengan laptop, mengakibatkan pertunjukkan tidak dapat dilanjutkan.

Tugas Kelompok (ANALISIS FILM)


KELOMPOK 13



“KINKY BOOTS”
Charlie Price seorang anak yang tumbuh dalam bisnis sepatu keluarga, tapi dia tidak pernah berpikir bahwa ia akan mengambil tempat ayahnya. Namun, kematian mendadak ayahnya menempatkan dia di posisi itu, hanya untuk mengetahui bahwa “Price & Sons” merupakan sepatu gagal. Ketika ia berupaya untuk menyelamatkan bisnis yang gagal. Ia melakukan penipisan pekerja, dengan memberhentikan beberapa orang karyawannya. Seorang karyawannya, Laurent, ketika hendak di pecat, ia mengeluh tentang alas kaki yang tidak memadai. Ia mengusulan untuk mengubah produk dengan model yang lebih trendi. Charlie bertemu dengan seorang penyanyi, Lola. Dan ia mendapatkan ide untuk membuat sepatu boots yang trendi. Lola yakin untuk menjadi desainer sepatu mereka dan transisi dimulai.
            Banyak hambatan yang terjadi dalam perubahan perusahaan tersebut. Nichole, yang merupakan tunangan Charlie, menyuruhnya untuk menjual perusahaan tersebut. Namun, Charlie tetap mempertahankan perusahaan tersebut. Dengan bantuan Laurent, Lola, dan seluruh karyawannya, perusahaan tersebut kembali bangkit. Dan mereka mendapatkan tawarah launching sepatu mereka di Milan, Italia. Mereka semua berusaha keras agar sepatu tersebut layak untuk diikutsertakan dalam acara fashion show tersebut.

ANALISIS MENURUT TEORI
John B. Watson (Behavioristik)
Dalam film ‘Kinky Boots’, proses pengkondisian emosi terjadi. Ketika masih kecil, Charlie Price dan Ayahnya, Harold Price berjalan-jalan di taman dan duduk di kursi taman. Saat itu ayahnya menceritakan tentang sepatu dan perusahaannya. Charlie yang sambil memperhatikan sepatunya, dan mengetuk-ngetuk sepatunya merasa bahagia, karena ia menganggap sepatu buatan ayahnya merupakan segalanya. Ketika ayahnya meninggal, dan dia (Charlie) harus mempertahankan perusahaan ayahnya yang terancam tutup, dia jalan-jalan ke sebuah taman dan duduk di kursi taman tersebut. Ia merenung dan memperhatikan sepatunya, dan ia mengetuk-ngetuk sepatunya. Seketika ia kembali bersemangat untuk mempertahankan perusahaan ayahnya.
Berdasarkan scene diatas bila ditinjau berdasarkan Watson  yang mengembangkan teori emosi. Menurut Watson, ada 3 emosi yang lahir secara nalurian yaitu cinta, marah dan takut. Ia sepakat dengan Freud yang mengatakan bahwa emosi seseorang yang telah dewasa itu dimulai sejak ia masih bayi, dan emosi dapat di transfer dari satu objek ke objek yang lainnya. Adanya reaksi emosional yang dikondisikan dengan reaksi pariental dan dipasangkan dengan stimulus yang baru, akan memfasilitasi kondisi pendekatan atau menghindaran. Misalnya, ketika orangtua takut terhadap laba-laba, anak akan ikut takut juga dengan laba-laba. Dari sini dikatehui bahwa kecintaan ayah Charlie terhadap sepatu telah mendorong Charlie untuk mempertahankan toko sepatunya. Charlie merasakan ikatan emosi yang hampir sama dengan perasaan ayahnya ketika mengenang kembali memori tersebut.

TEORI GESTALT
Gestalt berpendapat bahwa tugas umum psikologi adalah memahami bagaimana individu mempersepsikan lingkungan geografisnya. Mereka mengidentifikasikan persepsi sebagai proses pengorganisasian stimulus yang diamati. Dalam cerita Kinky Boots, Lola yang beradu Panco dengan Don, lalu lola  mengalah karena ia melihat ke lingkungannya (Don) yang populer dan sudah menang beberapa kali dalam setiap pertandingan. Ia mengalah, karena menurutnya kemenangan akan pertandingan tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi beberapa orang. Dan keinginan Lola sebenarnya adalah mengambil respect dari Don.

TEORI THORNDIKE
Terkadang tidak cukup hanya sebuah scene yang dapat menjelaskan suatu proses pembelajaran ada banyak scene yang dapat menjelaskannya. Dalam film ini kami merangkuma jalan cerita dari “kinky boots ” dan memandangnya berdasarkan hukum belajar Thorndike. Thorndike mengidentifikasi 3 hukum belajar, yakni:
1.     Law of readiness : adanya kematangan fisiologis untuk proses belajar tertentu
2.    Law of Exercise : adanya latihan yang berulang-ulang
3.    Law of effects : adanya konsekuensi yang positif

Charlie yang sudah dewasa secara fisik serta memiliki tunangan menandakan bahwa ia memiliki kematangan secara fisiologis untuk proses belajar sebagai seorang pemimpin perusahaan. Ketika perusahaan tersebut hampir bangkrut karena kurangnya menarik minat pasa mengenai sepatu yang mereka keluarkan. Membawa jalan dia untuk membuat inovasi baru yang selama ini dia tidak pernah tekuni yaitu membuat sepatu untuk waria. Dalam hal ini dia belajar berulang-ulang agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Dia menerima kritikan dari lola yaitu waria yang menjadi inspiratornya.
Hasil rancangan mereka akan di pamerkan pada perlombaah di Milan. Walaupun gagal memamerkan hasil rancangannya karena Charlie terjatuh dan akhirnya lola datang membantu. Dapat dikatakan dalam pameran tersebut pada akhirnya menmbuahkan hasi. Walaupun tidak diperlihatkan bagian Charlie yang sukses tetapi pada film ini ditunjukkan bahwa rancangannya diterima dan diminati oleh orang-orang. Hal ini menandakan bahwa hasil belajarnya mendapatkan konsekuensi positif mengenai debut sepatu buatannya.

Wednesday, October 3, 2012

BAB II : Teori- Teori Belajar Awal

KELOMPOK 13

A.  Pengkondisian Klasik dan Koneksionisme
Pengkondisian klasik  dan koneksionisme merupakan pendekatan untuk mempelajari perilaku.

Behaviorisme
Asumsi dasar tentang belajar :
1.     Yang menjadi fokus studi seharusnya adalah perilaku yang diamati, bukan kejadian mental internal atau rekonstruksi verbal kejadian
2.    Perilaku dipelajari melalui elemen yang paling sederhana (stimulus dan respon yang spesifik)
3.    Proses belajar adalah perubahan behavioral.

Ivan Pavlov
Melatih refleks dalam merespon stimulus baru memerlukan pemnasangan berulang kali antara stimulus tersebut dan stimulus yang secara alamiah memunculkan refleks. Sebagai hasilnya, CS akan menimbulkan CR. Hal inilah yang disebut pengkodisian klasik.

John Watson
Watson sepakat dengan sigmund freud bahwa kehidupan emosi dewasa dimulai sejak massa bayi dan emosi itu dapat ditransfer dari suatu objek atau kejadian lainnya. Watson berpendapat bahwa proses ini melibatkan pengkondisian atas 3 reaksi dasar (cinta, marah, takut) pada situasi yang berbeda.

Koneksionisme Edward Thorndike
Koneksionisme ini dirujuk sebagai teori behaviorisme, Namun berbeda dari pengkondisian klasik dalam 2 hal, yaitu:
1.     Thorndike tertarik dengan proses mental
2.    Thorndike meneliti perilaku mandiri/sukarela
Thorndike mengidentifikasi 3 hukum belajar, yakni:
1.     Law of effects
2.    Law of Exercise
3.    Law of readiness

B.  Psikologi Gestalt
Psikologi Gestalt menentang behaviorisme pada pertengahan abad ke-20. Ia berfokus pada persepsi dalam belajar. Perkembangan utama dalam belajar dan pemikiran adalah pengalaman wawasan perbedaan antara arbitrer dan belajar bermakna, serta studi pemecahan masalah.
Asumsi Dasar teori gestalt adalah:
   1.     Yang mestinya dipelajari adalah perilaku molar, bukan perilaku molecular
   2.    Organisme merespons “keseluruhan sensoris yang tersegregasi” atau gestalten ketimbang pada stimuli spesifik atau kejadian-kejadian yang terpisah dan independen.
   3.    Lingkungan geografis, yang hadir sebagaimana adanya, berbeda dengan lingkungan behavior yang merupakan cara sesuatu muncul
   4.    Organisasi lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis dari kekuatan-kekuatan dalam struktur yang mempengaruhi persepsi individu.
Psikologi Gestalt memberi kontribusi beberapa konsep untuk memahami pemecahan masalah, yaitu:
   1.     Pengalaman wawasan
Melibatkan reorganisasi persepsi seseorang untuk melihat solusi
   2.    Belajar berubah-ubah dan bermakna
Mengidentifikasi masalah untuk menyusun solusi yang memiliki nilai fungsional, peran penemuan pemecahan masalah yang bermakna dengan panduan, dan menghindari pembatasan pemecahan masalah.


   C.    Perbandingan antara Behaviorisme dan Teori Gestalt
Karakteristik Utama
Behaviorisme
Teori Gestalt
Asumsi dasar
    a.  Perilaku yang dapat diamati, bukan even sadar atau mental, harus dipelajari
    b.    Belajar adalah perubahan
   c.    Hubungan antara stimuli dan respon harus dipelajari

Individu bereaksi kepada sebuah kesatuan; karena itu, pembelajaran adalah organisasi dan reorganisasi bidang sendoris. Kesatuan tersebut memiliki properti baru yang berbeda dari yang ada pada elemen tersebut.
Eksperimen Umum
    a.    Trial dan error
  b.    Respons emosional atau refleks
Mengorganisasikan kembali: subjek ditempatkan dalam situasi yang mensyaratkan restrukturisasi bagi solusi.

Formula belajar
    a.    Stimulus-respons-imbalan
    b.    Respons emosional:
Stimulus 1 + stimulus 2= respons
Konstelasi stimuli – organisasi-reaksi