Ujian Tengah Semester (UTS) Paedagogi, kami lakukan secara online, berikut pertanyaan-pertanyaan UTS kami:
- Uraikan secara singkat dan padat
proses pembelajaran yang kelompok anda RENCANAKAN. Beri ulasan atas uraian
tersebut berdasarkan tinjauan paedagogi praktis abad 21. (skor 30)
- Uraikan secara singkat dan padat
tentang HASIL OBSERVASI dari proses pembelajaran kelompok anda. Beri
evaluasi atas uraian tersebut berdasarkan tinjauan paedagogi, tik dan
fenomena kontemporer. (skor 50)
- Tuliskan pandangan anda tentang
pembelajaran pada perkuliahan Paedagogi di F. Psikologi USU semester genap
TA. 2012/2013 berdasarkan tinjauan Paedagogi Teoritis dan Prinsip-prinsip
Paedagogis. (skor 20)
Jawaban:
1. Dalam pembuatan
perencanaan proses pembelajaran ternyata memerlukan cukup banyak
pertimbangannya. Ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dalam proses
pengajaran perlu juga mempertimbangkan 5W+1H:
- Who: Siapa yang kita
ajarkan?
- What: Apa yang akan
kita ajarkan?
- When: Kapan waktu
yang pas untuk mengajarkannya?
- Where: Dimana akan
terjadinya proses pengajaran ini?
- Why: Kenapa perlu
pembelajaran ini?
- How: Bagaimana kita
mengajarkan hal ini kepada mereka?
Setelah
mempertimbangkan ini, kami kelompok 1 (Sarah dan Susi),
memutuskan untuk memberikan pembelajaran kepada anak jalanan yang sering
mengamen dilingkungan kantin Fakultas Psikologi USU. Karena awalnya memikirkan
mereka fleksibel, memiliki waktu kapan saja, dan pembelajaran ini bisa
dilakukan dimana saja, serta pembelajaran yang kelompok berikan, hanya
memerlukan sedikit biaya dan tenaga dalam praktek pembuatannya. Hanya
membutuhkan Sedotan dan benang wol. Untuk para pengajar, kami sudah memiliki
beberapa konsep dalam pembuatannya, dan kami mempraktekkannya agar saat
mengajarkannya kepada peserta pembelajaran, tidak canggung, dan memang
menguasai konsep.
Namun,
setelah berdiskusi, dan melakukan observasi, kami tidak jadi mengajarkan
prakarya kepada anak jalanan. Kami berganti mengajarkan hal lain kepada
keponakkan salah satu teman, yaitu mengajarkan membuat permainan sederhana
seperti pesawat-pesawatan, kicir angin, topeng, telepon dari kaleng. Hal ini,
kami juga mempertimbangkan alat-alat yang digunakan tidak terlalu sulit untuk
didapatkan dan pembuatannya pun cukup sederhana. Namun, setelah melakukan
observasi, kami batal lagi mengajarkan hal ini kepada mereka.
Setelah
berdiskusi kembali dan mencari-cari subjek, kami memutuskan mengajar adik dan
teman-temannya dari salah satu teman kami. Namun kali ini, kami tidak fokus
dengan apa yang kami persiapkan. Tapi, kami fokus kepada apa sih yang mereka
butuhkan? Namun juga dengan berbagai opsi yang kami ajukan. Dan akhirnya kami
dan mereka memutuskan, ingin membuat gantungan kunci dari kain flanel (hal ini
terinspirasi dari kakak salah satu peserta didik). Konsep pembuatan tetap kami
miliki, dan kami tetap memperaktekkan itu (latihan terhadap kelompok) agar kami
tidak canggung dalam pengajaran pembuatan gantungan kunci tersebut.
Konsep
pembelajaran kami sudah ada. Bagaimana cara observasi yang baik? Bagaimana
membangun self-report yang baik? Bagaimana cara mengajar yang baik? Pendekatan
apa yang perlu digunakan agar mereka bersemangat dan antusias terhadap apa yang
akan kami ajarkan? Semua konsep kami ada. Semua konsep kami sudah pelajari.
Namun, saat praktis ternyata hal ini cukup sulit untuk diterapkan. Semua teori-teori
yang sudah kami pelajari, di dunia nyata ternyata bisa lain dari teori.
Sehingga ketidak profesional-an kami dapat terlihat oleh mereka. Mungkin karena
kurangnya jam terbang yang kami miliki, karena saat observasi dan wawancara
yang ketiga, kami dapat membangun self-report yang cukup baik, sehingga
merekapun cukup antusias terhadap itu.
2. Setelah melakukan 3
kali observasi, kami mendapatkan hasil sebagai berikut:
Subjek
Pertama : Anak Jalanan
Kami melakukan observasi dan wawancara
dengan anak-anak yang sering mengamen di kantin Fakultas Psikologi USU.
Berdasarkan hasil tersebut mereka mau belajar membuat perakarya bersama
kelompok kami, karena bahan yang kami gunakan, merupakan bahan-bahan yang
sederhana (Sedotan dan benang wol) dan hasilnya pun bisa digunakan secara
sendiri atau dijual untuk menambah uang jajan mereka. Namun, kendala yang kami
dapatkan adalah lokasi mana yang bisa kami gunakan. Jika kami menggunakan
kantin, ketika ada teman-teman yang ingin makan, akan terganggu dengan kegiatan
kami, dan lagi kami cukup sulit mendapatkan izin dari bos mereka untuk
melangsungkan kegiatan ini.
Subjek
Kedua : Keponakkan salah satu teman
Kami melakukan observasi dan wawancara kepada
3 keponakkan teman kami. Untuk pembukaan awal, kami melakukan perkenalan
terlebih dahulu, memberi tahukan nama kami, dan mereka memberi tahukan nama
mereka, umur, kelas, hobi, dan permainan apa saja yang mereka sukai. Saat
pertanyaan permainan apa yang disukai, salah seorang anak menjawak kalau dia
suka bermain Ipad (ketika mendengarkan pernyataan ini, saya pribadi langsung
merasakan hal yang negatif). Kami mencoba menganjurkan berbagai permainan
tradisional, akan tetapi kurangnya antusias dari mereka. Setelah berdiskusi dan
kesepakatan bersama, kami memutuskan untuk mengajarkan bermain alat musik.
Namun, ketika ditanyakan kembali akan “apa yang disukai? (dalam arti alat musik
apa yg disukai)” jawabannya masi sama “Ipad”. Selain itu, kendala yang kami
dapatkan adalah karena usia dan kelas berbeda, maka cukup sulit menyesuaikan
waktu mereka dan kami. Dan lagi, self-report yang kami bangun kurang maksimal,
sehingga antusias mereka terhadap kami pun kurang. Maka, kami membatalkan
menjadikan mereka sebagai subjek pembelajaran kami.
Subjek
Ketika : Adik dan Teman-temannya salah seorang teman
Kami melakukan observasi dan wawancara
berikutkan kepada 4 orang anak SD, diantaranya 3 orang kelas 6 dan 1 orang
kelas 4. Untuk yang membangun self-report yang baik dan
santai, kami melakukan perkenalan seperti sebelumnya, kami memperkenalkan diri
dan mereka juga memperkenalkan diri. Kami menceritakan maksud dan tujuan kami
kesana, ingin mengajarkan sesuatu yang ingin mereka pelajari. Karena mereka
memiliki ketertarikan yang sama maka tidak begitu sulit untuk materi yang
mereka inginkan. Kakak dari salah satu subjek kami, menginspirasikan gantungan
kunci dari kain flanel, dan kami menawarkan hal tersebut, dan ternyata mereka
tertarik untuk membuat gantungan kunci flanel dengan bentuk-bentuk yang mereka
inginkan (anime).
Mereka yang akan menghadapi UAS, kami
tidak ingin membebankan mereka dengan pelajaran-pelajaran lagi yang mereka
sudah pelajari disekolah dan tempat les mereka. Kami mencari materi yang bisa membuat
mereka lebih santai (refreshing). Kami menanyakan kepada mereka hal yang
mereka sukai dan kesepakatan bersama akan pembelajaran, agar kami tidak
membebankan mereka, dan dapat membangun keakraban yang positif kepada mereka.
Dalam fenomena kontemporer,
ternyata setelah ditelusuri, kami menggunakan hal-hal tersebut. Pemikiran
Reflektif, kami saling berdiskusi, mencari informasi dan ide-ide dari mereka,
agar mereka merasa, bahwa mereka juga terlibat dalam proses pembelajaran
bersama. Kami juga melakukan penyamaan persepsi (misalnya: waktu ada yang
mengatakan ingin membuat gantungan dragon ball, kami menyamakan
persepsi warna dari bagian-bagian bola tersebut, agar mereka tidak kecewa saat
praktinya). Dan saya juga melakukan searching secara online,
teknik pembuatan prakarya ini agar saya mendapatkan inspirasi yang lebih baik
lagi untuk proses ini.
3.
Pandangan
saya terhadap pembelajaran perkuliahan Paedagogi jika dikaitkan dengan BAB 7
(Paedagogi teoritis dan Prinsip-prinsip paedagogi), kami lebih difokuskan untuk
belajar secara mandiri, karena kami memiliki panduan pembelajaran berupa
kontrak kuliah, dan kami memiliki buku yang tidak sulit untuk di pahami, dan
kami dapat bebas dan fleksibel melakukan pembelakaran, karena kami adanya media online untuk
berkomunikasi, sehingga kapanpun kami membutuhkan informasi, kami dapat
melakukannya secara online.
Proses pembelajaran ini telah terstruktur,
selain sudah adanya silabus (kontrak kuliah), kami juga diingatkan kembali
secara online tentang materi-materi yang akan dipelajari untuk pertemuan
berikutnya. Dalam proses perkuliahan ini kami menggunakan 2 tekhnik, yaitu
secara tatap muka dan virtual (online), sehingga bisa dibilang perkuliahan ini
cukup santai dan tidak membosankan, karena ada saatnya kami belajar dikelas,
dan ada saatnya kami melakukannya secara online, yang bisa berlangsung dimana
saja (selama adanya jaringan internet).
No comments:
Post a Comment