Ketika mengingat-ingat masa-masa kecil. Yaa, saya lahir di akhir abad-20,
namun masa kecil saya, saya merasakan juga di awal abad-21 hingga sekarang.
Mendengar cerita teman-teman saat masi TK, tidak jauh berbeda dengan saya yang
TK. Kenapa saya membandingkan? Karena saya lahir di Lhokseumawe, bukan kota
yang kecil, tapi saya tinggal di sebuah perumahan yang dikelola oleh perusahaan
tempat papa kerja. Perumahan yang besar, seolah sebuah kota kecil, keren karena
disekeliling banyak hutan buatan J. Namun, ada
beberapa perbedaan, saat anak-anak daerah Medan bercerita saat mereka kecil
mereka bermain daerah sungai, saya bermain di pinggir laut. Laut cukup jauh
dari sana, bisa dibilang keluar kota (keluar perumahan), jadi yaah gak bisa
sering-sering juga kesana..
Tapi, saat saya SMA di Medan, dan sepupu-sepupu yang masi TK bersekolah di
Medan, terkadang merasa sedikit kasihan. Mereka memiliki ruang bermain yang
sempit (karena kalau mereka bermain di jalan raya kan bahayaa). Sekitar rumah
main sepeda, tapi kalau di rumah maunya bermain HP L. Kasihan sih, tapi mungkin ini lebih baik dari pada
mereka keluyuran enggak jelas keman-mana. L
Kalau masalah pendidikan sekarang, pasti pihak departemen pendidikan dan
sekolah telah mendiskusikan hal ini secara matang-matang. Karena, kalau saja
pendidikan jaman dahulu tetap di berdayakan sekarang, maka apa yang diinginkan
untuk memajukan bangsa ini sulit untuk dicapai. Anak SD sekarang sudah ada
pelajaran komputer. Hal ini guna untuk masa depannya yang telah canggih dengan
alat-alat komunikasi canggih (elektronik).
Berikut perbedaan
pendidikan jaman dulu dan jaman sekarang (dikutip dari blog berikut)
- Orientasi
pendidikan
- Institusi
pendidikan
- Tenaga
pendidik
- Materi
pendidikan
Note: Sebagai catatan jaman dulu yang dimaksud adalah sekitar tahun 1950 –
tahun 1980-an.
ORIENTASI PENDIDIKAN
Orientasi Pendidikan Jaman Dulu
Pada awalnya pendidikan dimaksudkan untuk mendidik benih manusia agar anak
manusia ini tumbuh menjadi seorang yang berakhlak tinggi dan mulia, yang
berbeda dengan manusia purba. Investasi manusia di sini berarti
memanusiakan manusia, yaitu mengajarkan nilai kehidupan kepada seorang anak
manusia, yang diibaratkan benih manusia. Misi utama lembaga pendidikan adalah
mengajarkan budi pekerti, etika, saling mengalah dan mendulukan kepentingan
umum di atas kepentingan pribadi. Hal ini diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Setelah itu institusi
dan tenaga pendidik baru akan mengajarkan keterampilan yang membuat benih
manusia itu mampu menyokong hidupnya sendiri di masa depan.
Orientasi Pendidikan Jaman Sekarang
Pendidikan sekarang lebih berorientasi kepada bagaimana meningkat
kecerdasan, prestasi, keterampilan, dan bagaimana menghadapi persaingan.
Pendidikan sekarang kehilangan misi utamanya untuk investasi karakter
manusia. Pendidikan moral dan karakter bukan lagi merupakan faktor utama
seorang anak mengenyam pendidikan. Kedua hal ini dianggap menjadi tugas para
tokoh agama, tugas orang tua atau wali di rumah. Sekolah berlomba menonjolkan
kurikulum yang dipercaya bisa menciptakan generasi muda super dari usia sedini
mungkin. Para orang tua juga tergiur dan ingin anaknya menjadi “super kid.”
Kata teman-teman saya: “Biar pensiun muda!”
INSTITUSI PENDIDIKAN
Institusi Pendidikan Jaman Dulu
Jaman dulu sekolah didirikan oleh pemerintah atau para misionaris dan
pemuka agama. SD Negeri, SMP Negeri, SMA Negeri adalah judul sekolah yang
didirikan dan beroperasi atas anggaran Departemen Pendidikan. Para misionaris
yang awalnya berasal dari Belanda melalui misi penyebaran agama Kristiani juga
mendirikan sekolah sebagai wujud pelayanan, di samping mendirikan rumah sakit.
Madrasah-madrasah, tsanawiyah-tsanawiyah juga berdiri dan dikelola oleh pemuka
agama dan mesjid.
Karena misi utama mereka adalah pelayanan dan kembali kepada orientasi
pendidikan yang diemban, maka sekolah dalam hal ini tidak mengejar keuntungan
secara materi. Pada jaman dulu memang ada perbedaan biaya juga, yaitu antara
sekolah favorit dan sekolah yang tidak begitu unggul. Orang tua juga berupaya
agar anaknya bisa masuk sekolah favorit, walaupun harus mengeluarkan dana lebih
banyak.
Institusi Pendidikan Jaman Sekarang
Jaman sekarang orang pribadi, yayasan atau perusahaan swasta boleh
mendirikan institusi pendidikan. Hal ini membuat misi utama sebuah institusi
pendidikan tidak lagi murni untuk pelayanan sosial, namun orang atau yayasan
atau perusahaan yang mendirikan lembaga pendidikan tersebut akan
memperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan. Ini berarti sebuah sekolah atau
lembaga pendidikan adalah suatu investasi. Agar mempunyai daya saing satu
dengan lainnya, masing-masing menghadirkan kelebihan yang tidak dimiliki
sekolah tradisional yang sudah ada, misalnya dari segi kurikulum, sarana
pendidikan, tenaga pengajar asing dsb.
TENAGA PENDIDIK
Tenaga Pendidik Jaman Dulu
Pada jaman ini seseorang memilih menjadi guru lebih terdorong oleh hasrat
dalam diri untuk membaktikan diri. Ia memahami konsekuensi menjadi guru adalah
melayani, dan sudah sadar bahwa ia tidak akan kaya seperti seorang pengusaha.
Di era 1980-n seorang guru yang mempunyai kemampuan lebih bisa memberikan les
privat di luar jam sekolah, itu adalah pemasukan tambahan selain gaji pokok
sebagai seorang guru. Ada juga yang membuka warung kecil-kecilan untuk menambah
lauk di rumah. Belum lagi di daerah terpencil, tenaga mereka dihargai dengan
hasil lading orang tua murid. Maka di jaman itu kita sering mendengar istilah:
“Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.”
Guru pada jaman itu merupakan suatu profesi yang sangat terhormat, karena
dianggap memiliki pengetahuan lebih daripada masyarakat setempat. Masyarakat
juga menuntut para guru mengajarkan nilai moral kepada anak-anak mereka, di
samping pengetahuan baca tulis dan berhitung. Guru juga punya hak
otoriter sebagai pengganti orang tua bila anak berada di sekolah. Cara
mendidik mereka lebih banyak menggunakan pendekatan pribadi yang membuat
interaksi guru murid lebih erat. Hal ini terbawa sampai di luar jam sekolah
karena kondisi social masyarakat jaman dulu yang lebih bersifat kekeluargaan.
Tenaga Pendidik Jaman Sekarang
Perekrutan tenaga pendidik sekarang (baca: Mayoritas) lebih mengutamakan
nilai kelulusan dan sertifikasi yang dimiliki guru tersebut. Apakah guru
tersebut sudah pasti kompeten mengajar dengan kelulusan yang bernilai tinggi
dan banyaknya sertifikat yang dimiliki? Belum tentu. (Maaf, tidak ada sedikit
pun maksud saya untuk menyamaratakan dedikasi dan porensi semua guru). Namun
sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sekolah-sekolah yang ingin merekrut guru
di samping pengalaman minimal 1 atau 2 tahun juga meminta bukti berupa
sertifikat yang dimiliki guru tersebut sebagai bukti bahwa ia mempunyai ‘skill’
lebih. Tuntutan ekonomi membuat dedikasi mengajar sebagai suatu pelayanan
menjadi berkurang. Bisa dimaklumi karena media apapun sekarang berlomba menawarkan
barang konsumsi. Guru juga seorang manusia, ia punya keluarga yang harus
dihidupi. Di jaman sekarang tuntutan ekonomi seakan tidak pernah habis, malah
selalu naik setiap tahunnya.
Cara mendidik guru sekarang juga sangat jarang menggunakan pendekatan pribadi
lagi. Wibawa seorang guru tidak lagi dianggap sebagai pihak otoriter yang mesti
disegani, dipanuti. Murid menganggap guru mengajar hanya menjalankan kewajiban,
interaksi guru-siswa terbatas pada jam sekolah. Masyarakat sekarang yang lebih
mengarah ke individualis, terutama di kota-kota besar, membuat interaksi
personal semakin berkurang. (Sekali lagi maaf…ini kecenderungan yang terlihat
menonjol di masyarakat kita). Apakah hal ini merupakan efek domino dari
tuntutan jaman atau sistem pemerintahan kita dalam menyusun kurikulum?
MATERI PENDIDIKAN
Materi Pendidikan Jaman Dulu
Kurikulum atau materi pendidikan jaman dulu lebih menekankan pada
pembentukan nurani seorang anak, penumbuhan dan penguatan karakter yang kelak
membuatnya mampu membedakan mana yang baik dan benar, untuk kemudian
mengutamakan keadilan, kedamaian, harkat dan martabat manusia terlepas dari
perbedaan suku, agama, ras dan budaya. Terlepas suatu sekolah itu sekolah
favorit atau tidak, mereka punya kurikulum yang sama. Selolah tidak terbagi
menjadi sekolah nasional, sekolah nasional plus, sekolah internasional. Materi
yang diajarkan kepada siswa di setiap propinsi sama, kalaupun berbeda tidak
terdapat kesenjangan yang mencolok mata.
Materi Pendidikan Jaman Sekarang
Jaman sekarang status sekolah terbagi menjadi menjadi sekolah nasional,
sekolah nasional plus, sekolah internasional. Ada istilah diakui, terakreditasi
dll. Kurikulum yang digunakan juga berbeda satu dengan lainnya. Ada sekolah
yang menggunakan kurikulum Cambridge, ada yang menggunakan kurikulum
Montessori, dan lain-lain. Penonjolan keunggulan juga terlihat dari banyaknya
jam pengajaran suatu mata pelajaran tertentu, misalnya ada sekolah yang bahasa
pengantarnya Inggris, Mandarin. Ironisnya bahasa Indonesia hanya diberikan satu
jam per minggu. Bagaimana menanamkan semangat nasionalisme dan kebangsaan bila
sejak kecil seorang anak diajari bahwa bahasa yang lebih bergengsi dan diterima
di dunia internasional itu adalah bahasa selain bahasa Indonesia?
Di samping itu penekanan tujuan sekolah dititikberatkan pada cara-cara
untuk meningkatkan kecerdasan, prestasi, keterampilan, dan bagaimana
mempersiapkan siswa menghadapi persaingan global di masa depan.
No comments:
Post a Comment