A : “Pedagogi
itu apa sih?”
B: “Pedagogi
itu teknik belajar pada anak-anak.”
A: “Kalau
Andragogi??”
B: “Andragogi
untuk orang dewasa”
Saya
pernah mendengar secara langsung percakapan di atas. Yaah, kalau jawaban
singkatnya yah seperti percakapan di atas itu. Bahwa Pedagogi itu tekhnik kita
mendidik/mengajar anak-anak. Untuk memastikannya, saya mencari pengertian itu
melalui mbah google. Ternyata, untuk pengertian pedagogi itu sendiri cukup
banyak. Berikut ada beberapa pengertian
pedagogi yang saya dapat dari sang ‘Mbah’:
- Pedagogi adalah Bimbingan yang diberikan
dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak atau orang lain yang belum dewasa,
disebut pendidikan (pedagogik). Setelah itu pedagogik berarti suatu usaha yang
dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang
atau sekelompopk orang lain menjadi dewasa atau tingkat hidup dan penghidupan
yang lebih tinggi.
- Bagi pendidik, istilah ini pasti
sudah tidak asing lagi, dan ilmunya menjadi sebuah acuan dalam praktek mendidik
anak. Jika dilihat dari segi istilah, pedagogik
sendiri berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu paedos (anak) dan agogos
(mengantar, membimbing, memimpin). Dari dua istilah diatas timbul istilah baru
yaitu paedagogos dan pedagog, keduanya memiliki pengertian yang hampir serupa,
yaitu sebutan untuk pelayan pada zaman Yunani kuno yang mengantarkan atau
membimbing anak dari rumah ke sekolah setelah sampai di sekolah anak dilepas,
dalam pengertian pedagog intinya adalah mengantarkan anak menuju pada
kedewasaan. Istilah lainnya yaitu Paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak, Pedagogi
yang merupakan praktek pendidikan anak dan kemudian muncullah istilah Pedagogik
yang berarti ilmu mendidik anak.
Selain pengertian-pengertian di atas,
masi banyak lagi pengertian lainnya. Namun, inti dari semuanya tetaplah sama,
yakni cara mengajari anak-anak untuk belajar. Proses belajar, tidak hanya
terjadi di sekolah, di dalam kelas. Tetapi, di rumah pun juga dapat terjadi
proses belajar.
Mengajar merupakan seni dan ilmu
mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan
media tertentu. Ilmu mengajar, dapat dipelajari dimanapun, kapanpun; individu
maupun kelompok. Seni mengajar terlihat ketika terjadinya interaksi
pembelajaran berlangsung. Seni mengajar tidak mungkin dapat kita jumpai dalam
proses alami kehidupan alam organik.
Untuk memotivasi sang anak (siswa),
seorang guru hendaknya mampu menangkap pikiran dan hati sang anak, memotivasi
anak untuk belajar, menata lingkungan yang edukatif, membangun keaktifan
belajar, dan memfasilitasi peluang besar. Proses seperti ini merupakan hubungan
dua arah. Guru memberi dan siswa menerima bantuan dan bimbingan.
Dalam proses pembelajaran, kita
(sebagai guru) dituntut untuk memiliki karakterisik pribadi yang cerdas, jujur,
disiplin, penyayang, integritas, antusias, motif, komitmen, dan kesatria.
Keahlian berkomunikasi dengan anak (siswa) juga sangat penting untuk menarik
(memotivasi) sang anak (siswa). Dalam proses di dalam kelas, seorang pengajar
(guru) harus memiliki persiapan, terorganisasi, konsisten, etika kerja,
kecepatan, fleksibel, dan dialog interaktif, serta memiliki lingkungan belajar
yang ‘santai’ dan terbuka untuk perubahan pengaturan agar tidak kaku.
Karakteristik dan tampilan di kelas,
ada dan tidak dilakukan dalam dunia nyata, misalnya:
Berdasarkan
Teori
|
Di
kehidupan nyata
|
Penyayang
|
Saat saya masi sekolah SD, seorang guru terus
mengajarkan kepada siswa yang belum paham akan materi yang di ajarkan dengan
sabar.
|
Antusias dan komitmen
|
Saya pernah mengikuti suatu pembelajaran
tentang komunikasi yang efektif. Namun, sang pembicara tidak menunjukkan hal
itu. Pembicara berbicara sambi duduk dan malas.
|
Kecepatan dan Etika Kerja
|
Saat saya SMP, ada seorang guru yang pintar,
namun memiliki etika kerja yang kurang baik. Masuk ke kelas sering terlambat,
setelah di kelas memberikan materi dan tugas, setelah itu beliau tidur sambil
duduk.
Ada pula guru yangdatang ke kelas terlambat,
dan keluar lebih cepat (sebelum bel berbunyi)
|
Dialog Interaktif: pembelajaran dua arah
|
Masih dengan guru yang “tidur”, beliau
memberikan jawaban akan tugas tersebut, tidak dengan cara interaktif 2 arah,
beliau seolah hanya mengerjakan jawaban tersebut untuk dirinya sendiri, bukan
untuk para siswa.
|
Sikap Fleksibel : terbuka atas ide, saran dan
wawasan
|
Saat saya SMP, saya juga melakukan privat
bahasa inggris dengan salah satu guru di sekolah tersebut, beliau memberikan
pengajaran yang akan dipelajari esok harinya. Esok harinya, dengan guru yang
berbeda dengan materi yang sama, ternyata guru privat memberikan pembelajaran
yang sedikit ‘khilaf’, kepada saya, namun saya ngotot dengan apa yang saya
pelajari tadi malamnya(dengan guru privat), sang guru memberikan pengetahuan
lebih lengkap dan jelas kepada saya, san ternyata guru sekolah lah yang
benar.
|
Jujur
|
Pengajar seperti ini sering saya temui. Ketika
ada siswa yang bertanya mengenai suatu materi, tetapi beliau tidak tau
jawabannya, beliau akan meminta waktu untuk mencari akan jawaban tersebut,
dan disampaikan kepada siswa di pertemuan berikutnya.
|
Referensi:
Danim, Sudarwan, Khairil. 2010. Pedagogi,
Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta